Hubungan LGBT Mencelakai Manusia Hingga
Sedemikian Mengerikan!
(Bagian 6)
Ketika saya kuliah di tingkat 4, papa datang ke kota
tempat saya menuntut ilmu, ketika melihat keadaanku, papa selalu bilang mataku
tampak tidak bersemangat, banyak kerisauan, katanya kerjaku tidak konsentrasi,
bahkan bicarapun sulit dipahami, tidak kayak laki-laki, papa bilang saya lebih
tampak kayak nona-nona. Pancaran wajahku juga tampak tidak bagus.
Lalu papa bilang dia selalu ada firasat buruk,
makanya menanyakan kejelasannya padaku. Papa bilang setiap kali dia melihat
sepasang tatapan mataku yang hampa, beliau selalu merasa amat pilu hatinya. Sebenarnya
saya juga tahu mengapa hal ini terjadi, tapi saya tidak tahu bagaimana
menceritakannya pada papa.
Kalau saya jujur padanya, takutnya papa shock dan
jatuh pingsan, sesungguhnya hatiku juga begitu pilu, sangat ingin mencurahkan
segalanya pada papa, sangat ingin menuangkan deritaku pada seseorang, sangat
sangat ingin ada orang lain yang senantiasa memberiku motivasi agar saya
berhasil terlepas dari jeratan iblis ini, maka itu setiap kali ayah bertanya
padaku, betapa inginnya saya melontarkan keluar ganjalan berat yang selama ini
membebani benakku, “Semua penderitaanku ini adalah gara-gara kalian yang
mengantarku sekolah ke kota besar, padahal saat itu usiaku masih kecil,
sehingga saya berkesempatan berinteraksi dengan segala hal berbau negatif ini”.
Tetapi setiap kali perkataanku hanya tertahan
sampai di bibir saja, saya tidak sanggup melontarkannya keluar, sesungguhnya
dalam hatiku selalu menyalahkan ayahbunda, andaikata saat usiaku yang masih
kecil yang butuh perhatian dan didikan, mengapa ayahbunda malah tidak berada
bersamaku, memberiku perhatian dan didikan, mungkin saya takkan begitu
terpuruk. Tetapi kembali merenungkan dengan seksama, ini adalah akibat karmaku
sendiri, siapa yang bisa disalahkan?
Ketika saya kuliah di tingkat 4, tak terduga suatu kali
saya bersua dengan seorang anggota Sangha, yang kemudian menjadi pilar spiritualku.
Saya selalu mencarinya berdiskusi, saya berharap bisa menetap di kota besar
ini, mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginanku. Lalu beliau menyarankan
agar saya membaca Sutra Intan, berkesinambungan tak terputus, hari-hari
tersebut saya jadi begitu tekun membaca sutra, sampai sudah mengulang lebih
dari 40 kali.
Suatu hari anggota Sangha ini bilang padaku,
terlebih dulu beliau minta maaf karena telah memperlihatkan tanggal dan waktu
kelahiranku, kepada seorang temannya yang bisa meramal. Si peramal ini bilang
di sampingku ada pemuda lainnya, katanya adalah orang dekat, tapi bukan saudara,
boleh dikatakan sebagai teman, tetapi lebih dari sekedar teman.
Akhirnya saya terpaksa mengakui semua perbuatanku. Beliau
bilang padaku, selanjutnya kemalangan apapun yang menimpa dirimu bukanlah
masalah, tapi tolong kasihanilah ayahbundamu, bagaimana mereka bisa melewati
hari demi hari dibawah gunjingan orang lain? Apakah kamu pernah memikirkan
keadaan ayahbundamu, jadi orang itu mana boleh cuma memikirkan kepentingan
sendiri saja? Lagi pula kekasih priamu juga bukan seperti katamu, begitu
mencintaimu, dia hanya menganggap dirimu sebagai pelampiasan nafsu semata, kalian
berdua pernah berhutang pada masa kelahiran lampau. (Bagi teman-teman yang
tidak percaya, silahkan lewatkan alinea ini)
Kemudian beliau melanjutkan lagi, jadi orang itu
tidak boleh egois, hubungan anda dengan ayah anda tidak akur, sesungguhnya tahukah
kamu betapa ayahmu menyayangimu? Harusnya ketika masalah muncul carilah ayahmu,
dan bukan sebaliknya mencari kekasih priamu itu.
Tentu saja waktu itu anggota Sangha ini masih
mengatakan banyak sekali dan panjang lebar, setelah mendengarnya saya begitu
terguncang sekali.
Saya memang pernah menjalin hubungan asmara dengan
seorang pria selama kurang lebih 2 tahun, kemudian kami putus dan setelah itu
saya mulai sering menelepon pulang ke rumah, mengobrol dengan papa.
Setelah menamatkan kuliah, saya pulang kembali ke
kampung halaman, rencananya cari kerja. Malangnya waktu itu mama malah
didiagnosa infeksi ginjal dan harus minum obat selama setahun, hanya dalam
waktu sekejab kondisi mama jadi begitu terpuruk, tidak lagi cantik seperti
dulu, kini beliau tampak menua, melihatnya hatiku jadi pedih.
Lagi pula dalam momen yang sekejab itu pula, mama
berubah total, dulu begitu suka minum alkohol, main, keluyuran keluar, kini
beliau membuang semua tabiat buruknya tersebut. Mama sekarang bervegetarian,
melafal Amituofo, bermeditasi, melepaskan satwa ke alam bebas.
(六)
爸爸在我大四的時候來某國看我。但是當他見到我的時候,總是跟我說,我眼睛沒神,總是若有所思,說我做事不大氣,話也說不明白,沒有男子氣概,說我娘娘腔,看著氣色也不好。他說他就是覺著哪不對,問我到底咋回事。每當他看到空洞的眼神的時候,他說他心理特別難受,特別傷心。其實我自己深知是因為什麼,但是讓我怎麼說呢。全部告訴他,我真的怕他暈過去,其實我心理是很苦的,很想找個人分享,想讓別人監督我戒掉邪淫,每當爸爸問我的時候,我都想跟他說,都怪你們在我那麼小的時候就送我出來,讓我那麼容易接觸到了這麼多給我留下陰影的事情?但是話到嘴邊,我又說不出來了,其實有的時候我也會在心理埋怨父母,如果他們 從小和我在一起,好好教育我,也學我不會是現在這樣。但是反過來一想,都是自己的業啊,我還能怪誰。
在我大四的時候我也是無意間認識了一位出家師父,他又成為了我人生的轉折點。當時經常去見他,找他聊天,希望可以留在某國,找到一份稱心如意的工作,他便讓我每天念一遍金剛經,堅決不能斷。那個時間蠻精進,念了應該有40多遍了。後來他有一天跟我講,他很抱歉,他私底下讓朋友幫我看了類似於八字的東西,我說不明白是什麼。說我身邊有一個的男生,說是兄弟,不像兄弟,說是朋友,又比朋友的關系要近。後來我就全盤托出了。他聽後只是跟我講,你以後怎樣了倒是無所謂,但是可憐了你的父母,要痛苦的過日子,遭人白眼。你有沒有為你的父母考慮過,人怎麼可以那麼自私?而且他也沒有你想象當中那麼愛你,只不過就是一種占有欲罷了,你們前世互相都欠債。(不相信的朋友就當故事看把,就此忽略)人活著不能只為了自己,你跟你爸爸感情不好,但其實他比誰都愛你,你應該拉近跟他的關系,有事找你爸爸,而不是他。當然那位師父還說了很多,當時對我震撼很大。我瞬間覺得不能跟他繼續下去了,直接提出了分手,過去都有快兩年了。但是那是我心理暗暗地覺得我不應該繼續跟男人一起了,但是還沒有完全的擺脫同性戀的欲望,也是從那時開始我嘗試著跟爸爸接觸,給爸爸打電話,聊天之類的。
大學畢業後,便回到了老家,打算找工作。結果當我回到老家後發現媽媽生病了,慢性腎炎,需要吃一年的藥,整個人的精氣神一下子就萎靡了,沒有以前漂亮了,瞬間也老了我也好心痛。而且媽媽一下子發生了360度的轉變。她曾經愛喝酒,愛玩,總是跟朋友出去,生病之後,所有的壞習慣全部改變了。吃素,念佛,打坐,放生,以前愛玩的現在都不玩了。