Kasus Aneh di Taiwan 05
Lebih
Baik Masuk ke Dalam Jaring-jaring Hukum Daripada Melanggar Hati Nurani
Ditulis oleh : Venerable Jinghui
(Bagian 1)
Lai oo adalah terpidana
mati. Pada saat kejadian, dia merupakan kepala proyek di sebuah lahan
konstruksi. Ada seorang gadis yang telah memesan satu unit rumah, berkunjung ke
lokasi, malangnya dia dinodai dan dibunuh oleh Lai oo.
Selain itu
uang dalam jumlah besar, yang dibawa oleh gadis itu, semuanya dirampasnya,
benar-benar sadis dan mengerikan.
Terhadap
segala tuduhan yang disampaikan polisi kepada dirinya, Lai oo menerima dan
mengakuinya. Bahkan tampaknya dia tidak menghiraukan tuduhan apa saja yang
dilimpahkan padanya, tidak mempermasalahkan juga tidak membantah sama sekali.
Ketika
diadakan Rekonstruksi atau reka ulang adegan kriminalitas, dia terus menerus
bertanya pada Polisi, apakah lakonan-nya begini sudah betul atau tidak,
takutnya tidak cocok dengan catatan yang dibuat pihak kepolisian.
Mungkin saya
ini termasuk tipe orang lemah yang takut mati, tetapi menurutku setiap orang
juga takut mati, mana ada terpidana mati yang ikhlas menerima tuduhan yang
dijatuhkan padanya, bahkan tidak melawan sama sekali, benar-benar membuatku
tidak memahaminya.
Pembela umum
kami sibuk mencari barang-barang bukti dan merangkaikan rentetan peristiwa
berdasarkan urutannya, berhasil menemukan banyak bukti-bukti dan saksi yang
dapat membuktikan Lai oo bukanlah tersangka dalam kasus pembunuhan ini.
Tetapi Lai oo
tidak ingin mengajukan banding, dia memohon pada jaksa untuk tidak menghiraukan
kasusnya lagi. Dia juga menolak bantuan hukum dari pembela umum.
Saya jadi
lebih bingung lagi, apa yang terjadi pada dirinya? Apa dia sudah bosan hidup?
Selama ini saya selalu memberi perhatian pada terdakwa bagaikan keluarga
sendiri, maka itu terhadap keputusan Lai oo yang tidak punya keinginan bertahan
hidup, saya benar-benar tidak memahaminya juga tidak sanggup memakluminya.
Jujur saja,
untuk menghadapi kematian, bukanlah hal yang gampang, apa benar dia melatih
diri hingga mencapai kondisi batin tertentu? Saya sangat tidak ikhlas, saya
percaya pasti ada misteri di balik kasus Lai oo.
Larut malam,
dengan bantuan kepala sipir, Lai oo dibangunkan dari tidur pulasnya, lalu kami
berbincang di dalam ruangan pertemuan.
Saat permulaan
dia tetap membungkam, hanya menundukkan kepalanya, mendengar satu persatu
kalimat tulus yang mengalir keluar dari lubuk hatiku yang paling dalam, tetapi
bagaimana pun saya berkata, dia tetap membungkam.
Akhirnya saya
tidak sanggup menahan deraian air mata, semakin menangis semakin terisak,
hampir tidak sanggup mengeluarkan suara lagi. Dia jadi bengong dan melotot ke
arahku : “Tolong jangan menangis lagi, saya ini terpidana mati, tidak pantas bagimu
menangis untukku bukan? Nyawaku ini bahkan tak sebanding dengan semut, jadi
buat apa Anda begitu mengkhawatirkan diriku?”
Dia juga ikut
meneteskan air mata, lalu berkata : “Baiklah, saya berterus terang padamu! 20
tahun yang silam, saya menjadi tentara di Kaohsiung, memanfaatkan waktu
liburan, bersama teman satu tim, kami bermain-main ke Danau Dabei (sekarang adalah Chengcing
Lake).
Sekitar pukul
4 sore, kami melihat ada dua orang gadis yang
berpakaian modis, wajahnya sangat cantik, muncullah niat jahat, menyekap
mereka ke tempat yang sepi, lalu dinodai secara bergilir, kemudian menghabisi
nyawa mereka, mayat mereka dibuang ke tempat yang sangat terpencil.
Semua harta
benda yang dibawa korban, semuanya kami rampas, lalu dengan tergesa-gesa pulang
kembali ke barak. Tidak berapa lama kemudian, terjadi pergantian pasukan yang
bertugas, kami pun berhasil kabur ke tempat yang jauh.”
Saya bertanya
: “Apakah dengan begini hati nurani Anda bisa tenang?”
Lai oo
menjawab : “Tentu saja tidak tenang, tetapi teman saya yang satu itu, tidak
menyesalinya sama sekali. Setelah pensiun, saya mencari teman saya untuk
bersama-sama pergi menyerahkan diri, tetapi dia bersikeras menolaknya, oleh
karena dia tahu itu adalah hukuman mati. Tentu saja dia melarang saya pergi
menyerahkan diri. Selama bertahun-tahun, saya selalu menghadap ke angkasa
mendoakan dua gadis itu, memohon mereka agar bersedia memaafkan diriku. Saya
sungguh menyesali perbuatanku, juga bersedia menerima hukuman dari negara, satu
nyawa dibayar satu nyawa.”
Bersambung ke
bagian 2 .................
《臺灣奇案》
~淨慧法師 作
五、寧入法網 不觸天網
(一)
--昨死今生悔已遲
賴○○是死刑犯。案發時他是某工地的主任,把前來預訂房屋的一位 小姐給強暴後殺了,而且把這小姐身上所帶的鉅款,全搜光了,真是惡 行重大,令人髮指。
賴○○在警局所作的筆錄,對他非常不利,但他全一一自己招認了。 不管這些筆錄上所記載的是什麼,他似乎都無所謂,既不喊冤,也不申 辯一言半語。現場模擬時,他還一直請教警察們,這樣對不對,那樣對 不對,真怕與警局所作的筆錄不符。
或許我自己是個貪生怕死的軟弱人吧,我始終認為貪生怕死是每個人 都具有的本性,哪有犯了死罪,還這般認分認命,毫無掙扎的跡象,很令我百思不得其解。死刑犯不可能一審定讞。我們的公設辯護人,也抽 絲剝繭,尋找出好多有利的證物和證人,都可以證明他不是這件兇殺案 的嫌犯。但賴○○不願意再上訴,他拜託檢察官別再為他的事費心了。 他也拒絕公設辯護人的好意幫忙。
我好納悶,他到底怎麼了?為什麼活得這麼不耐煩?我一向都把被告 當自己親人來關懷照顧,與他們感情很好,沒什麼大距離,所以,對於 賴○○的毫無求生意志,我很不能瞭解,也很不能諒解。說真的,坦然 面對死亡,豈是一件容易的事,他真能修到老僧入定嗎?
我很捨不得,我深信賴○○必有隱情。
深夜,我由看守所所長帶路,從睡夢中把他叫醒,一起到會客室密談。
他剛開始,什麼話也不說,靜靜地低著頭,聽著我一句又一句的真心 話,但任憑我怎麼講,他都不發一語。
後來,我忍不住哭了,越哭越失控,幾乎哽咽到哭不出聲來。他楞住 了,呆呆地瞪著我:「請別哭了,我是死刑犯,哪值得您為我哭呢?我 的生命連螻蟻都不如,您怎會這般為我牽腸掛肚呢?」
他也掉著一滴一滴的淚水,他說:「我告訴您好了!二十年前,我在高雄當兵,利用放假,和部隊的同袍一起到高雄大貝湖(現在的澄清湖) 玩。大約下午四點多左右,我們看到兩位穿得很時髦的小姐,長得很漂 亮,便動了歹念,合力把她們脅迫到一處遊客罕到的偏僻地方,施予輪 暴,再把他們殺死,棄置在非常隱密的地方。我們把兩位小姐的衣服財 物全部剝光、搜光,然後從容趕回部隊報到。不久,部隊移防,我們便 遠走高飛了。」我問:「您這樣不會於心難安嗎?」
對方答:「我會,但我那朋友一點也不會。退伍後,我找我那朋友一 起去自首,但他堅決不肯,因為他知道這是死罪。當然他也不准我自己 一個人去自首。我多年來,時常對空祭拜這兩位小姐,祈求他們能原諒 我。真的,我好懺悔,也願意接受國法制裁,一命抵一命。」