Saturday 23 March 2019

08.Balasan Karma dari Menangkap Ikan




Kisah Hukum Sebab Akibat Era Kini
Balasan Karma dari Menangkap Ikan

Kakek Luar-ku (Ayah dari Mama), bernama Huang Jiang-shui, tinggal di Taichung, Taiwan. Sejak kecil tubuhnya lemah, tidak sanggup cari nafkah sendiri, sementara itu kondisi keluarga miskin melarat. Istri dan anak-anaknya, bahkan untuk makan tiga kali sehari saja begitu susah, maka itu dibawah tekanan beban hidup, Kakek Luar pergi menangkap ikan ke sungai, lalu hasilnya ditukar dengan beras untuk menghidupi istri dan anak-anaknya.

Meskipun hidup susah, namun ketika beliau berhasil menangkap ikan atau udang besar, Kakek Luar akan memberinya kepada tetangga yang tidak mampu, maka itu warga sekitar menjulukinya sebagai “Paman berhati baik”.

Tahun 1988, Kakek Luar mengidap penyakit kanker paru-paru dan meninggal dunia, usia 58 tahun. Mama-ku yang bernama Huang Xiu-chun, setelah Kakek Luar wafat 40 sekian hari kemudian, bermimpi melihat Kakek Luar duduk di depan kuburannya, makamnya dibangun dari semen dan batu bata, di belakangnya tumbuh sebatang Pohon Paulownia.  

Kakek Luar sangat menyayangi putrinya ini, selama bertahun-tahun, setiap kali bila mobil kami ada melewati kuburan Kakek Luar, Mama akan hanyut dalam kepiluan dan keheningan.

Tahun 1995, di rumah kami di Dalian, Tiongkok, Mama yang karena ada pencuri masuk ke rumah, sehingga mengalami luka dan syok, sudah lama namun tak kunjung pulih. Kakek Luar merasuki tubuh kasar Mama, sambil berlinangan air mata, beliau meminta bantuan Papa supaya tulang-tulangnya diperabukan saja, beliau bilang jasadnya terendam air, seluruh badannya dililit akar pohon, dia sungguh sengsara, penderitaan ini tak terungkapkan dengan kata-kata.

Kakek Luar melanjutkan perkataannya : “Saya demi cari nafkah buat menghidupi keluarga, barulah pergi menangkap ikan dan udang, ini karena terpaksa, kalau demi melunasi beban utang karma ini, jasadku terendam air selama 10 tahun, harusnya sudah cukuplah”.

Papa dan Mama pulang ke Taiwan, menyuruh orang menggali kuburan Kakek Luar, ternyata benar tulang-tulang Kakek dililit oleh akar pohon hingga berlapis-lapis, air yang mengalir dari atas gunung, mengikuti akar pohon menembus masuk ke dalam keranda, sehingga tulang-tulang beliau terendam di dalam air.

Jasad Kakek 1/3 bagiannya sudah rusak. Arwah Kakek Luar meminta supaya tulang-tulangnya diperabukan saja, tetapi putranya tidak setuju. Menurut Kakek, arwah manusia itu ada tiga bagian, salah satunya akan menunggui jasad, setelah jasad diperabukan, barulah dia dapat pergi bertumimbal lahir.

Setelah dikremasi dan abunya disemayamkan di pagoda, Kakek Luar merasuki tubuh kasar Mama lagi, untuk mengucapkan terima kasih. Setiap malam kami memutar ceramah Master Chin Kung yang berjudul “Ksitigarbha Sutra”, suatu hari, kami terlambat memutarnya, Kakek Luar merasuki dan suruh kami cepat memutarnya, beliau bilang mereka jumlahnya banyak, dan ingin segera mendengar ceramah Dharma, mereka tekun melatih diri, bahkan lebih serius daripada manusia.

Tanggal 22 Februari 2003, siang hari, di rumahku di Dalian, Kakek Luar merasuki tubuh kasar Mama, berharap agar saya menulis kisah balasan karmanya karena menangkap ikan, lalu diantar dan diperlihatkan kepada Master Chin Kung, agar semua orang dapat memetik pelajaran dari kejadian ini, dengan demikian dapat meringankan balasan karmanya, lalu bilang bahwa dua hari lagi ada seorang sahabat Dharma yang akan datang berkunjung.

Oleh karena saya pribadi terhadap kejadian kerasukan arwah makhluk halus, mukjizat dan kemampuan gaib, sangat tidak setuju dan membantah, makanya saya tidak menghiraukannya.

Dua hari kemudian, sahabat Dharma yang bernama Su Yue-e datang berkunjung ke rumahku, tanggal 27 Februari usai sarapan pagi, Kakek Luar merasuki lagi dan minta Su Yue-e menulis artikel tentang balasan karma yang menimpa dirinya.

Maka itu melalui buah pena ini menasehati semua orang bahwa Hukum Karma tidak pernah meleset. Kejadian ini telah membuktikan ucapan Master Chin Kung, “Apapun tidak bisa dibawa pergi, hanya karma yang menyertai diri”. Amituofo.

Tanggal 3 Maret 2003, Xu Su-qing menulis di Dalian, Tiongkok.


現代因果報應錄
捕魚捉蝦.身後受報

外公黃江水先生,臺灣台中市人。他自幼身體虛弱,無力營生,家徒四壁,一貧如洗,妻子兒女幾乎三餐不繼,迫於生活壓力,外公常去河裡捕撈魚蝦,換取斗米以撫養兒女。他常將貴重的魚蝦送給鄰里更貧窮的人家,盡力周濟,那一帶的百姓都稱他「好心伯」。

一九八八年,外公死肺癌,享年五十八歲。我母親黃秀春在外公亡故的前四十多天,就夢到外公坐在墳前,墓穴用水泥砌成,後面長著一棵悟桐樹。母親和外公感情非常好,多年來,只要車過外公墳前,母親總會痛哭失聲。

一九九五年,在大連,母親因有人入室搶劫,受到驚嚇,久未平復,外公附到了母親的身上,淚流滿面,請求我父親一定要幫助他把他的屍骨拾起,他說他的屍體泡在水裡,全身被樹根盤住,被綁得很難過,痛苦不堪。

他說:「我是為了撫養兒女,才去捕撈魚蝦,這都是不得已的,就算是為了還這筆債,我的屍骨被泡在水中,十年的時間也應該夠了。」

父母回到臺灣,墳墓挖開一看,果然,外公的屍骨被梧桐樹根重重盤住,山的水脈隨著梧桐樹根滲入棺木裡面,不偏不倚地,屍骨被浸在水裡,屍體爛了三分之一。外公附體,要求屍骨火化,他的兒子極力反對。外公說人有三條魂魄,其中有一條守護屍骨,屍骨化成灰後,他才能夠去投生。

火化入塔後,外公又附體來表示感謝,我們家裡每天晚上放淨空老法師講的《地藏經》,一天,播得稍晚了一點,外公就附體來要求趕快播放,他說他們有很多人在聽經聞法,修行比人還認真。

○○三年二月二十二日中午,在大連我的家中,外公附體在我的母親身上,希望我幫他把捕魚受報的真實故事寫出來,送給淨空老法師看,用以誡勸世人,這樣可以減輕他的業報,他還說過兩天老菩薩就要來了。我因為對附體神通之類的事情非常反感,就沒有在意,二天後,蘇月娥居士到我家來,二月二十七日早餐後,外公再次附體懇求「老菩薩」蘇居士幫助他,言辭溫和懇切。於是,草擬此文,以宣祖志,勸告世人,因果報應,絲毫不爽。這件事正應證了老法師所講的「萬般將不去,唯有業隨身」。阿彌陀佛。

○○三年三月三日徐素青寫於中國大連