Wednesday 7 October 2020

Prinsip yang digunakan untuk membedakan buku Dharma asli dan palsu

 

 

Ceramah Master Da’an :

Prinsip yang digunakan untuk membedakan buku Dharma asli dan palsu

 

Masa kini, video dan buku-buku Ajaran Tanah Suci beredar luas, secara umum, merupakan pertanda baik, menjelaskan bahwa umat Buddha semakin bertambah banyak, masyarakat semakin antusias untuk mengenal Ajaran Buddha.

 

Dalam kondisi begini, dapat menggunakan berbagai cara guna menyebarluaskan Ajaran Buddha yang murni sehingga dapat memberi manfaat bagi semua makhluk, sungguh merupakan jasa kebajikan yang tak terhingga.

 

Namun perlu diperhatikan, banyak pula beredar video dan buku-buku yang mirip dengan Buddha Dharma tetapi adalah palsu, sehingga menyesatkan jiwa kebijaksanaan orang lain, dosa ini sangatlah berat.

 

Pada zaman berakhirnya Dharma ini, kekuatan Dharma Sejati adalah lemah, sebaliknya Mara sangatlah kuat, para guru sesat yang menceramahkan ajaran palsu, banyaknya bagaikan butiran pasir di Sungai Gangga, maka itu praktisi Aliran Sukhavati hendaknya meningkatkan mawas diri, mampu membedakan mana ajaran yang asli dan mana yang sesat, janganlah sampai ada kejadian dimana niat baik belajar Ajaran Buddha tetapi malah jatuh ke dalam jaring-jaring Mara.

 

Ada tiga prinsip yang digunakan untuk membedakan yang asli dan palsu yakni :

1. Menaati “Empat Andalan Dharma”.

Buddha Sakyamuni telah mengetahui terlebih dulu bahwasannya pada zaman berakhirnya Dharma, banyak guru sesat yang menyebarkan ajaran sesat, maka itu sebelum memasuki Parinirvana, khusus membabarkan “Empat Andalan Dharma” supaya para siswa Buddha tidak terjebak oleh sekte sesat. Apa saja “Empat Andalan Dharma” tersebut?  

 

Yang pertama adalah mengandalkan Dharma dan tidak boleh mengandalkan orangnya.

 

Yang kedua adalah mengandalkan makna yang tersirat dan bukan mengandalkan isi yang tersurat.

 

Yang ketiga adalah mengandalkan kebijaksanaan (prajna) dan bukan pada kesadaran (vijnana).

 

Yang keempat adalah mengandalkan ajaran yang tercantum dalam Tripitaka dan tidak mengandalkan ajaran di luar isi Tripitaka.

 

2. Tidak boleh memuja sembarangan sehingga menciptakan sosok seorang suciwan gadungan.

 

Menghormati Tri Ratna (Buddha, Dharma, Sangha), bahkan menghormati guru, merupakan hal yang sudah semestinya. Tetapi harus menggunakan kebijaksanaan guna mengamatinya, memperlakukan seluruhnya dengan ketulusan dan rasa hormat.

 

Patut diketahui bahwa Kalyanamitra Sejati senantiasa bersikap rendah hati, contohnya Master Shandao menyebut dirinya sendiri sebagai “orang awam yang berada dalam samsara”. Master Yin Guang menyebut dirinya sendiri sebagai “Bhiksu yang senantiasa merasa malu”.

 

Para Guru Sesepuh yang memiliki pelatihan diri yang unggul serta etika moral yang tinggi, malah menjalani kehidupan penuh kesahajaan, menganggap diri sendiri masih awam.

 

Lain halnya dengan praktisi gadungan yang sibuk mengaku-ngaku adalah jelmaan Buddha dan Bodhisattva, atau sibuk melontarkan keluar bagaimana upayanya melatih pertapaan keras, tidak makan lagi dan sebagainya, atau mengaku-ngaku diri sendiri sudah mencapai pencerahan, atau mengaku memiliki kemampuan gaib, berkomunikasi dengan Dewa dan sebagainya.

 

Menurut sila yang tercantum di dalam Ajaran Buddha, praktisi yang telah mencapai tingkatan kesucian, tidak boleh mengumumkan-nya keluar, apalagi yang belum mencapai, mana boleh berdusta.

 

Jika belum mencapai tingkatan kesucian, tetapi mengaku-ngaku telah mencapainya, ini adalah pembohongan besar, akibatnya pasti jatuh ke Neraka, maka itu tidak boleh tidak bermawas diri.

 

Pada periode berakhirnya Dharma, Mara dan pengikut sekte sesat, demi mengejar ketenaran dan keuntungan, nekat melakukan pembohongan besar, tidak punya rasa malu lagi, makanya praktisi sekalian hendaknya meningkatkan mawas diri, jangan sembarangan mengagumi dan memuja, akibatnya sungguh mengkhawatirkan.

 

3. Ucapan Buddha dan Guru Sesepuh sebagai standar membedakan benar dan sesat.

Praktisi Aliran Sukhavati hendaknya mengandalkan “Lima Sutra dan Satu Sastra Aliran Sukhavati” serta konsep pemikiran Guru Sesepuh Aliran Sukhavati sebagai pedoman melatih diri.

 

Jika ingin mengenali jalan di tengah pegunungan, maka tanyalah pada orang yang telah pernah melewatinya. Para Guru Sesepuh dan praktisi senior tempo dulu merupakan orang-orang yang telah berpengalaman, pantas diandalkan, sedangkan ajaran kalyanamitra masa kini meskipun terdengar masuk akal, namun masih butuh waktu guna membuktikannya.

 

Menjadikan para praktisi pendahulu sebagai guru, mengamalkan dengan penuh ketulusan, barulah lebih aman, terutama “Catatan Master Yin Guang” atau “Wen Chao”.

 

Jika video dan buku-buku ceramah yang isinya terjalin dengan ucapan Buddha dan Guru Sesepuh, dapat membantu praktisi sekalian memahami Ajaran Buddha secara benar, bolehlah dibaca.

 

Ketiga poin di atas hanyalah bersifat anjuran, semoga praktisi Tanah Suci dapat memetik manfaatnya.

 

Artikel terkait :

Empat Andalan Dharma :

http://smamituofo.blogspot.com/2014/04/catvari-pratisaranani.html

 

Lima Sutra dan Satu Sastra Aliran Sukhavati :

http://cahayatanpabatas.blogspot.com/2014/02/lima-sutra-dan-satu-sastra-dalam-aliran.html

 

Mengenal Sekilas 13 Guru Sesepuh Aliran Sukhavati :

http://cahayatanpabatas.blogspot.com/2013/02/mengenal-sekilas-13-patriarch-aliran_3.html

 

 

問:

近來,有些居士專弘淨土的音像與書籍在東北地區乃至全國都在大量流通。我等群盲不辨真偽,伏請師父於百忙中慈悲開示,如何明辨是非邪正?

 

大安法師解答:

目前,弘揚淨土的音像與書籍廣泛流通,總的來說,是好現象,說明信佛學佛的人員增多,社會人士渴望了解佛教的人數增多。在這樣的背景條件下,能夠以種種方式,傳播正信正見的佛教,饒益眾生,功德無量。然毋庸諱言的是,在弘揚佛法的音像與書籍中,亦有一些相似法,蒙蔽了一些初入佛門的同修,誤人慧命,罪過不淺。末法之季,法弱魔強,邪師說法,如恆河沙,吾悲淨業行人應惕然警覺,明辨是非邪正,方可不至以好心求法,誤蹈魔網。茲略標三條原則,以資參考。

 

1、遵循釋尊四依法之遺訓。

釋尊懸知末法邪師魔外盛行之事,臨涅槃時,特別開示佛教行人四依法,以免上當受騙。何為四依?

⑴、依法不依人。法性常住,能執持善法,模範人天。而人心唯危,情執厚重,不堪依怙。

⑵、依義不依語。謹依第一義諦,真空妙有,中道了義。語言文字只是詮顯實相真理的工具,得意忘言,不可尋文摘句,執指亡月。

⑶、依智不依識。謹依般若智慧,離念靈知,畢竟空無所有中,熾然建立因果善法。不可依八識妄心,分別執著,凡夫知見悉皆迷惑顛倒。宜以謙遜心,仰信聖言量,以佛知見為己知見。

⑷、依了義不依不了義。謹依大乘了義,佛說大小乘八萬四千法門,隨順眾生根機而說。然據圓頓至道,乃是真空妙有第一義諦妙境界相。不可思議的諸佛境界,生佛一體,感應道交,南無阿彌陀佛六字洪名,西方極樂世界全體依正莊嚴,即是了義中無上了義。吾人當以上述四依法為準繩,方不辜負釋尊之顧命,識別魔外邪見,保全一己法身慧命。

2、不可盲目崇拜,釀成造聖運動。

恭敬三寶,乃至奉事師長,理所應然。但宜智慧觀照,以至實心、恭敬心對待一切。應知大善知識悉是謙抑自處,如善導大師自稱是「罪惡生死凡夫」,藕益大師的證位亦屬「名字位中真佛眼」(煩惱未能伏斷,然知見與佛同齊)。印光大師雲「常慚愧僧」「粥飯僧」。這些道盛德隆的祖師尚且以凡夫自居,以此相較,某些人或自稱或令他人稱述是某佛菩薩再來,或云自己如何修苦行、面壁斷食等,或云自己開悟得三昧、或云自己得神通與天人交往等。悉屬大妄語。按佛教戒律,真實證果,尚且不能公開對大眾說,更何況未證謂證,未得謂得。若犯大妄語,入地獄如箭射,不可不慎。末世魔外,為求名聞利養,多有大言不慚者,吾人當深自警覺,不可隨聲附和,加入盲從膜拜之列,後果堪憂。宜熟讀大乘經典,尤其是《首楞嚴經》五十種陰魔,其中的想蘊十魔宜反覆研讀,便可鍛就識魔之慧目。

 

3、建立聖言量與祖師思想兩大參照系,用作辨別是非邪正之準繩。

淨業行人當依淨宗五經一論聖言與中國淨宗祖師思想作修行指南。欲知山中路,須問過來人。歷代祖師大德既是過來人,值得信賴,現代善知識的種種言教,雖聽起來不錯,然尚須時間勘驗。以古為師,老實行持,才能穩妥,尤其《印光法師文鈔》彌契現代人的根機,字字見諦,語語歸宗,千叮萬囑,婆心切切,吾人反覆研讀,依教奉行,便可一了百了。若其他法師大德的光盤與書籍,與聖言量及祖師思想相應,能幫助吾人正確理解經義和祖師觀念者,亦不妨參閱。

以上三條,只是原則性提示。伏翼淨業同修,隨機運用,不無裨益。淨宗念佛法門,只要信得及,守得穩,持念佛號,矢志淨土,便可直接以阿彌陀佛作大導師,我在阿彌陀佛心中念佛,阿彌陀佛在我心中接引護佑,生佛一體,感應同時,即凡心為佛心,轉塵勞為覺華,蒙佛願力,決定往生,何慶如之!共勉。

 

摘錄自 :淨土百問 釋大安 著