Persoalan Sutra Bakti Seorang Anak
“Sutra Bakti Seorang Anak” ada dua versi yakni “Fo Shuo Fu Mu En
Zhong Nan Bao Jing” (palsu) dan “Fo Shuo Fu Mu En Nan Bao Jing” (asli).
Versi palsu dijiplak dan diubah dari versi yang asli, oleh seorang
pengikut ajaran Konfusius di Tiongkok (dengan mencatut nama Master Kumarajiva).
Versi asli-nya diterjemahkan oleh Master An Shi-gao.
Bahaya
dari Sutra Palsu
Ada orang yang berkata, pokoknya yang diajarkan di dalamnya adalah
ajaran bakti, mengajarkan orang berbuat baik, jadi asli dan palsu tidak perlu
dipermasalahkan bukan?
Master Lianchi menjelaskannya sebagai berikut : Yang pertama, bagi
orang yang tidak meyakini Ajaran Buddha, ketika melihat sutra palsu, akan
menfitnah : “Lihatlah ternyata beginilah ajaran yang dibabarkan oleh Buddha,
sungguh tidak masuk akal, sutra lainnya tidak usah dilihat lagi, sudah bisa
dibayangkan!”.
Padahal Tripitaka merupakan mustika Dharma tertinggi tiada
taranya, gara-gara satu sutra palsu, sehingga orang jadi salah paham terhadap
seluruh isi Tripitaka.
Yang kedua, bagi yang telah meyakini Ajaran Buddha, setelah
membaca sutra palsu jadi timbul keraguan.
Inilah bahaya yang ditimbulkan sutra palsu.
Seorang siswa Buddha yang telah mengambil Visudhi Trisarana,
hendaknya mengenali dengan jelas betapa berharganya mustika Dharma, manalah
boleh karena melihat sutra palsu mirip dengan yang asli, juga mengajarkan
kebajikan, maka membantu menyebarluaskan, apalagi sampai menceramahkan-nya?
Perbandingan
Dari kedua versi “Sutra Bakti Seorang Anak”, ada beberapa poin
yang dapat dijadikan perbandingan antara sutra asli dan sutra palsu, antara
lain :
Bagaimana barulah dapat membalas budi kebajikan Ayahbunda? Sutra
palsu menyebutkan : “Jika ingin membalas budi, maka demi Ayahbunda salinlah sutra
ini, demi Ayahbunda bacalah sutra ini, demi Ayahbunda bertobatlah, demi
Ayahbunda memberi persembahan kepada Tri Ratna, demi Ayahbunda bervegetarian,
demi Ayahbunda berdana menimbun berkah, kalau bisa bertindak sedemikian rupa,
barulah disebut anak berbakti; kalau tidak bertindak sedemikian rupa, maka disebut
penghuni Neraka.”
Kemudian juga terdapat kalimat : “Jika ingin membalas budi, maka
demi Ayahbunda perbanyaklah sutra ini. Memperbanyak satu gulungan dapat bertemu
satu Buddha; dapat memperbanyak 10 gulungan maka bertemu 10 Buddha; dapat
memperbanyak 100 gulungan maka bertemu 100 Buddha; dapat memperbanyak seribu
gulungan maka bertemu seribu Buddha, dapat memperbanyak 10 ribu gulungan maka
bertemu 10 ribu Buddha. Orang-orang bajik ini, oleh karena kekuatan dari
memperbanyak sutra sehingga dilindungi para Buddha, Ayahbunda-nya naik ke
Surga.”
Bila disimpulkan, maksud dari sutra palsu adalah Ayahbunda sudah
berkorban demi putra-putrinya, budi ini sangat besar, lalu putra-putri demi
membalas budi Ayahbunda, cuma perlu melakukan hal sebagai berikut : menyalin
dan membaca sutra palsu, mewakili Ayahbunda bertobat, memberi persembahan pada
Tri Ratna, bervegetarian dan berdana.
Selanjutnya kita lihat bagaimana kalimat yang tercantum di dalam
Sutra asli? Naskah sutra asli lebih ringkas dan efisien, panjangnya hanya
setengah halaman saja. Kedua sutra ini sekilas tampak mirip dan tidak berbeda.
Sutra asli menekankan sebagai putra-putri hendaknya menasehati
Ayahbunda supaya meyakini Tri Ratna, mengamalkan sila dan berdana,
mengembangkan kebijaksanaan Ayahbunda.
Perbedaan
yang sangat jelas,
Sutra asli menuntun manusia memasuki Jalan Pembebasan, sutra palsu mengandung
ancaman dan dusta
Oleh karena bagaimana pun
putra-putri dalam kehidupan keseharian menjaga Ayahbunda-nya, juga tak berdaya
membantu Ayahbunda membebaskan diri dari lingkaran tumimbal lahir, jika
Ayahbunda tidak meyakini Tri Ratna, tidak tahu mengamalkan sila, sangat
dimungkinkan kelak jatuh ke alam penderitaan. Maka itu, hendaknya menasehati
Ayahbunda mengambil Visudhi Trisarana dan belajar Buddha Dharma, barulah merupakan
hal yang pokok.
Meskipun sutra palsu ada
membahas tentang melatih diri guna membantu Ayahbunda, namun menekankan
putra-putri yang melatih diri, berharap dengan meminjam bantuan pelatihan diri
putra-putri, guna membantu Ayahbunda, tidak serupa dengan sutra asli yang
menekankan pada putra-putri harus menasehati Ayahbunda-nya supaya mengambil
Visudhi Trisarana, tekun melatih diri, jadi Ayahbunda harus melatih diri
sendiri guna menuntaskan masalah sendiri.
Jadi tampak jelas, penulis
sutra palsu masih kurang memahami kebenaran yang tercantum di dalam Buddha
Dharma, lagi pula sutra palsu terus menerus menekankan untuk memperbanyak
sutra, padahal memperbanyak sutra palsu justru menciptakan dosa yang berat,
dari mana datangnya jasa kebajikan?
Dapat dilihat, meskipun
sutra palsu mencatut nama sutra Buddha, sedikit banyak juga menjiplak sutra
asli, mengutip sana sedikit sini sedikit, lalu dirangkaikan jadi satu, tetapi
intinya tetap saja berisikan konsep pemikiran Konfusianisme, hanya menekankan
pada budi kebajikan Ayahbunda, putra-putri harus balas budi, namun melupakan
hal yang paling penting dalam Buddha Dharma, yakni menasehati Ayahbunda supaya
mengambil Visudhi Trisarana, menasehati Ayahbunda supaya mengamalkan sila dan berdana,
menasehati Ayahbunda supaya belajar Buddha Dharma dan melatih diri!
Oleh karena bagi aliran
luar, tidak menaruh minat sama sekali terhadap Visudhi Trisarana. Bagi sebagian
orang justru lebih menaruh perhatian pada sutra palsu yang isinya lebih panjang
dan mengharukan, malah mengabaikan sutra asli yang singkat dan ringkas.
Sesungguhnya mereka tidak
mengamati lebih seksama bahwasannya sutra palsu hanya memandang Ajaran Buddha
sebagai Dharma duniawi yang cuma menasehati manusia melakukan kebajikan saja,
tidak tahu membedakan dengan jelas Buddha Dharma dan aliran luar, mengabaikan
bahwa Hukum Sebab Akibat adalah perbuatan sendiri ditanggung sendiri, setiap
makhluk hanya setelah tercerahkan barulah terbebas dari samsara dan mencapai
KeBuddhaan. Mengabaikan mutiara asli, jatuh ke jalan sesat, sungguh patut
disayangkan, betapa bahayanya!
Menurut para Guru Sesepuh
dan praktisi senior, cara untuk membedakan sutra asli dan sutra palsu adalah
dengan memperbanyak membaca sutra Buddha yang asli, sehingga dapat mengenali
letak perbedaan sutra asli dan sutra palsu.
Disadur dari naskah Mandarin :
深度解析伪佛经《佛说父母恩重难报经》及其危害
https://xiyuee.blogspot.com/2020/10/blog-post_19.html